Kamis, 26 Juni 2014

Psikologi Pendidikan


Disusun Oleh:
Nama    : Indah Arifiani P
NIM    : 1113016300014
Semester 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKATA
2014

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME

A.    Latar Belakang
Saat ini terdapat beragam inovasi baru dalam dunia pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan menggunakan metode ceramah dan tanyajawab sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperlihatkan konsep awal siswa sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan dimana konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruksi konsepsi tersebut agar lebih matang.
      B.     Tujuan Penulisan
1.      Dapat memahami Teori Konstruktivisme (C2)
2.      Dapat menyusun RPP sesuai dengan Teori Konstruktivisme (P7)
3.      Dapat memodifikasi proses pembelajaran klasik (A4).

      C.    Teori Konstruktivisme
Pengertian: Ada beberapa pendapat mengenai definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa ahli. Konstruktivisme adalah sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia tempat kita hidup (Suyono dan Hariyanto:2011:104). Sedangkan menurut Cahyo (2013: 22) konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membangun pengetahuan tersebut. Trianto (2007:26) juga berpendapat bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri.
Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget dan Vygotsky.

a.      Teori konstruktivisme piaget
group1009.wikispaces.com
Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur kognitif atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” atau konsep jejaring untk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di sekeilingnya(Suyono dan Hariyanto:2011:107). Sedangkan menurut piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kota-kotak yang masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013: 37).
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium).
Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut (Cahyo:2013):
1.      Skema
Piaget mengatakan bahwa schemata orang dewasa mulai dari schemata anak melaui proses adaptasi sampai pada penataan dan organisasi. Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan stimulus lainnya, makin banyak schemata yang dimilikinya. Dengan demikian, schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan akomodasi
2.       Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah schemata, tapi mempengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi terjadi secara kontinu, berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan intelektual anak.
3.       Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan terbentuknya schemata baru dan berubshnya schemata lama
4.       Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin. Piaget membagi fase perkembangan manusia ke dalam empat perkembangan yang tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
Usia
Gambaran
Sensorimotor
0-2
Bayi bergerak dari tindakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoorgadinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Operational
2-7
Anak mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata dan gambar-gambar.
Concerte operational
7-11
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
Formal operational
11-15
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik

b.        Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

en.wikipedia.org
Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas-tugas tersebut berada dalam zone of proximal development (Trianto:2007:29). 
Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan petensinya secara tepat.    

      D.    Analisi Teori
Teori belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri.
Salah seorang pakar psikologi yang mengemukakan teori konstruksivisme yaitu Piaget. Piaget mengemukakan bahwa proses belajar yaitu proses organisasi dan adaptapi.
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan.
Proses mengkonstruksi menurut piaget yaitu:
1.      Skemata
schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu berkembang dan berubah
2.      Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam schemata atau perilaku yang sudah ada.
3.      Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru.
4.      Kesinambungan
Dengan adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin
 ciri-ciri pembelajaran secara konstruktivisme adalah menekakan pada proses belajar, mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa, berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekankan pada hasil, mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan, mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami, penilsian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa, sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif, banyak menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisi, dll.

      E.     Aplikasi Teori Berdasarkan Teori Kontruktivisme
Latihan Membuat RPP Berdasarkan Teori Kontruktivisme
Identitas Siswa
Nama                                       : Edo Fitri Rifai
Tempat Tanggal Lahir             :Serang, 8 Januari 2000
Umur                                       : 14 tahun
Berat Badan                            : 56 Kg
Tinggi Badan                          : 165cm

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 

Biodata Siswa Satuan Pendidikan        : SMPN 3 Kota Serang
            Mata Pelajaran                                    : Fisika
            Kelas/Semester                                    : VIII/2
            Materi Pokok                                      : Gelombang, Getaran dan Optik       
Pertemuan Ke                                     : 1 dan 2
Alokasi Waktu                                    : 2 x 3 JP

A.    Standar Kompetensi
Memahami konsep dan penerapan getaran,gelombang,dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.

B.     Kompetensi Dasar
Menyelidiki sifat sifat cahaya dan hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.

C.     Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa mampu membedakan cahaya tampak dan cahaya tidak tampak
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran berdasarkan perkembangan psikomotorik menggunakan kategori persepsi atau (P1). Karena berdasarkan Teori Psikomotorik bahwa peserta didik dapat dikategorikan sebagai masa remaja. Pada masa ini anak tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Jadi berdasarkan karakteristik tersebut setelah kegiatan belajar mengajar peserta didik dapat membedakan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
2.      Siswa mampu menjelaskan pengertian getaran dalam kehidupan sehari hari
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran berdasarkan perkembangan kognitif menggunakan kategori pemahaman atau (C2). Karena berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, bahwa peserta didik dikategorikan pada periode operasional formal. Tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Jadi setelah proses belajar dilakukan maka peserta didik dapat menjelaskan kembali materi yang diterangkan oleh pendidik.
3.      Siswa mampu menyebutkan contoh gelombang transversal
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran kognitif, menggunakan kategori kognitif pengetahuan atau (C1) karena berdasarkan ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan  menggunakan pola berpikir "kemungkinan".  Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.  Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
1.      Bekerja secara efektif dan sistematis
2.  Menganalisis secara kombinasi.  Dengan demikian telah diberikan dua    kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2 menghasilkan R, anak  dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3.   Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional  tentang C1 dan C2  misalnya.
Dan berdasarkan Teori Dasar Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi. Contoh dari teori tersebut yaitu peserta didik dapat menyebutkan contoh dari materi yang disampaikan. Jadi setelah kegiatan belajar mengajar diharapkan peserta didik dapat menyebutkan contoh dari materi yang telah disampaikan (Budiningsih, Asri: 2004).
4.      Siswa mampu mendiskusikan tentang gelombang dan getaran
Alasan: Affective Domain (ranah efektif). Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat, sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Kelakuan seseorang yang baik atau buruk. Usia remaja memiliki karakteristik emosional diantaranya yaitu Seorang remaja cenderung tidak toleran dan membenarkan pendapatnya sendiri, mungkin karena kurangnya rasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolute dan bahwa mereka mengetahuinya (Rasak, Daruma: 2009). Dari karakteristik tersebut siswa mampu mendiskusikan materi tersebut.

5.      Siswa mampu menciptakan inovasi baru berupa alat peraga dari barang bekas
Alasan: Tujuan ini berlandaskan Teori Eksistensial (Teori Kreativitas). Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui bahwa kreativitas yaitu proses melahirkan sesuatu yang baru dari hasil perjumpaan baik manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam. Dengan berinovasi menciptakan alat berbahan dasar barang bekas diharapkan peserta didik dapat berimajinasi atau berkreativitas sesuai kemampuan.

D.    Metode
1.      Diskusi
Alasan:  menurut Suprijono (2011:40), pembelajaran konstruktivisme merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi merupakan proses mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran salah satunya yaitu Elicitasi, merupakan fase membantu peserta didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada peserta didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka. Berdasarkan Journal Chadijah & Diah (2011) bahwa salah satu aplikasi dari Teori Perkembangan Konsep diri dan Emosi bahwa bimbingan kelompok metode diskusi dapat mengembangkan konsep diri pada siswa.
2.      Penemuan ( membuat jembatan keledai atau singkatan)
Alasan: implikasi pembelajaran konstruktivisme menurut surpijono (2011:40) yaitu aplikasi ide, dalam pengaplikasian ide ini saya menggunakan Teori Menemonic ( salah satu Teori Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh) sebagai dasar metode penemuan pada rpp ini. Salah satu ragam teori ini yaitu singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Selain sebagai salah satu cara mengatasi lupa dan jenuh, metode ini dapat digunakan sebagai dasar peningkatkan kreativitas anak didik.
3.      Bercerita
Alasan: bercerita merupakan salah satu bentuk kegiatan secara lisan yang dapat mengubah etika anak dengan cara menyenangkan, yang sering dilakukan guru dan orang tua dalam mendidik. Isu-isu cerita berlandaskan pada konsep Sigmud (Gerald Corey, 1989)
melalui teori psikoanalisnya (Teori pengembangan nilai, moral dan sikap) yaitu superego. Superego adalah kode moral individu yang tugas utamanya adalah mempertimbangkan apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Jika nilai, moral dan sikap sudah menyatu dalam superego sehingga akan terwujudnya prilaku yang bermoral.

E.     Evaluasi
Dalam pengevaluasian kegiatan belajar atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologis siswa,seperti yang ada dalam Teori Intelegensi (kecerdasan), meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Penilaian dapatdilakukan dengan melihat kecerdasan bahasa, logika, ketuhanan, keaktifan.

Sumber:
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplkasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka

                        www.jurnal.fkip.uns.ac.id
                        group1009.wikispaces.com
                        en.wikipedia.org