Disusun
Oleh:
Nama : Indah
Arifiani P
NIM : 1113016300014
Semester
2
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKATA
2014
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Saat ini terdapat beragam inovasi baru dalam dunia
pendidikan terutama pada proses pembelajaran. Salah satu inovasi tersebut
adalah konstruktivisme. Pemilihan pendekatan ini lebih dikarenakan agar
pembelajaran membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka
mau mencoba memecahkan persoalannya. Pembelajaran di kelas masih dominan
menggunakan metode ceramah dan tanyajawab sehingga kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi langsung kepada benda-benda konkret.
Seorang guru perlu memperlihatkan konsep awal siswa
sebelum pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan
berhasil menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan sumber
kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya meneruskan gagasan-gagasan
pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses mengubah konsepsi-konsepsi siswa
yang sudah ada dan dimana konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka
pendidik harus membantu siswa dalam mengkonstruksi konsepsi tersebut agar lebih
matang.
B.
Tujuan
Penulisan
1. Dapat
memahami Teori Konstruktivisme (C2)
2. Dapat
menyusun RPP sesuai dengan Teori Konstruktivisme (P7)
3. Dapat
memodifikasi proses pembelajaran klasik (A4).
C.
Teori
Konstruktivisme
Pengertian: Ada beberapa pendapat mengenai
definisi konstruktivisme yang dikemukan beberapa ahli. Konstruktivisme adalah
sebuah filosofi pembelajaran yang dilandasi premis bahwa dengan merefleksi
pengalaman, kita membangun, mengkonstruksi pengetahuan kita tentang dunia
tempat kita hidup (Suyono dan Hariyanto:2011:104). Sedangkan menurut Cahyo
(2013: 22) konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang
menekan bahwa pengetahuan adalah buatan kita sendiri sebagai hasil konstruksi
kognitif melalui kegiatan individu dengan membuat struktur, kategori, konsep,
dan skema yang diperlukan untuk membangun pengetahuan tersebut. Trianto
(2007:26) juga berpendapat bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan
teori pembelajaran cognitive baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan
bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,
mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisi apabila
aturan-aturan itu tidak sesuai lagi.
Dari
ketiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivisme merupakan
teori belajar yang menuntut siswa mengkonstruksi kegiatan belajar dan
mentransformasikan informasi kompleks untuk membangun pengetahuan secara
mandiri.
Teori
belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua sudut pandang, yaitu menurut Piaget
dan Vygotsky.
a.
Teori konstruktivisme piaget
![]() |
group1009.wikispaces.com |
Teori
piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna membangun struktur
kognitif atau peta mentalnya yang diistilahkan “schema/skema” atau konsep
jejaring untk memahami dan menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan di
sekeilingnya(Suyono dan Hariyanto:2011:107). Sedangkan menurut piaget, manusia
memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kota-kotak yang
masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar
terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013:
37).
Proses
organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasi pengetahuan
yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur
pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (equilibrium).
Proses
mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Piaget, adalah sebagai berikut
(Cahyo:2013):
1. Skema
Piaget mengatakan bahwa schemata
orang dewasa mulai dari schemata anak melaui proses adaptasi sampai pada
penataan dan organisasi. Makin mampu seseorang membedakan satu stimulus dengan
stimulus lainnya, makin banyak schemata yang dimilikinya. Dengan demikian,
schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu berkembang dan
berubah. Proses yang menyebabkan adanya perubahan tersebut adalah asimilasi dan
akomodasi
2. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif
dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam
schemata atau perilaku yang sudah ada. Pada dasarnya, asimilasi tidak mengubah
schemata, tapi mempengaruhi atau memungkinkan pertumbuhan schemata. Asimilasi
terjadi secara kontinu, berlangsung terus-menerus dalam perkembanfan
intelektual anak.
3. Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur
kognitif yang berlangsung sesuai pengalaman baru. Proses tersebut menghasilkan
terbentuknya schemata baru dan berubshnya schemata lama
4. Keseimbangan
Dengan adanya keseimbangan,
efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang dengan lingkungannya
dapat tercapai dan terjamin. Piaget membagi fase perkembangan manusia ke dalam
empat perkembangan yang tertera dalam table di bawah ini:
Tahapan
|
Usia
|
Gambaran
|
Sensorimotor
|
0-2
|
Bayi bergerak dari tindakan reflek
instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoorgadinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
|
Operational
|
2-7
|
Anak mulai merepresentasikan dunia
denan kata-kata dan gambar-gambar.
|
Concerte operational
|
7-11
|
Pada saat ini anak dapat berpikir
secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
|
Formal operational
|
11-15
|
Anak remaja berpikir dengan cara
yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik
|
b.
Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky
![]() |
en.wikipedia.org |
Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas-tugas
tersebut berada dalam zone of proximal
development (Trianto:2007:29).
Dalam
teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk
membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan
hal itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan
lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung
pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain
yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan
terwujud perkembangan petensinya secara tepat.
D.
Analisi Teori
Teori
belajar kontruktivisme merupakan teori belajar yang menuntut siswa
mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi kompleks untuk
membangun pengetahuan secara mandiri.
Salah
seorang pakar psikologi yang mengemukakan teori konstruksivisme yaitu Piaget.
Piaget mengemukakan bahwa proses belajar yaitu proses organisasi dan adaptapi.
Proses
organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang
diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Sedangkan proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan.
Proses
mengkonstruksi menurut piaget yaitu:
1. Skemata
schemata adalah struktur organisasi kognitif yang selalu
berkembang dan berubah
2. Asimilasi
Asimilasi merupakan proses kognitif
dan penyerapan baru ketika seseorang memadukan stimulus atau presepsi ke dalam
schemata atau perilaku yang sudah ada.
3. Akomodasi
Akomodasi adalah proses struktur kognitif yang berlangsung
sesuai pengalaman baru.
4. Kesinambungan
Dengan
adanya keseimbangan, efisiensi interaksi antara anak yang sedang berkambang
dengan lingkungannya dapat tercapai dan terjamin
ciri-ciri
pembelajaran secara konstruktivisme adalah menekakan pada proses belajar,
mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa, berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses bukan menekankan pada hasil, mendorong
siswa untuk mampu melakukan penyelidikan, mendorong berkembangnya rasa ingin
tahu secara alami, penilsian belajar lebih menekankan pada kinerja dan
pemahaman siswa, sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif, banyak
menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran,
seperti: prediksi, inferensi, kreasi, dan analisi, dll.
E.
Aplikasi Teori Berdasarkan Teori
Kontruktivisme
Latihan Membuat RPP Berdasarkan Teori
Kontruktivisme
Identitas Siswa
Nama : Edo Fitri Rifai
Tempat Tanggal Lahir :Serang, 8 Januari 2000
Umur :
14 tahun
Berat Badan :
56 Kg
Tinggi
Badan : 165cm
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Biodata Siswa Satuan Pendidikan : SMPN 3 Kota Serang
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : VIII/2
Materi Pokok : Gelombang, Getaran dan Optik
Pertemuan
Ke : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 2 x 3 JP
A. Standar Kompetensi
Memahami konsep dan penerapan
getaran,gelombang,dan optika dalam produk teknologi sehari-hari.
B. Kompetensi Dasar
Menyelidiki sifat sifat cahaya dan
hubungannya dengan berbagai bentuk cermin dan lensa.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu membedakan cahaya tampak
dan cahaya tidak tampak
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran berdasarkan perkembangan
psikomotorik menggunakan kategori persepsi atau (P1). Karena berdasarkan Teori Psikomotorik bahwa
peserta didik dapat dikategorikan sebagai masa remaja. Pada masa ini anak tidak
melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi
abu-abu” di antaranya. Jadi berdasarkan karakteristik tersebut setelah kegiatan
belajar mengajar peserta didik dapat membedakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan materi yang diajarkan.
2. Siswa mampu menjelaskan pengertian
getaran dalam kehidupan sehari hari
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran
berdasarkan perkembangan kognitif menggunakan kategori pemahaman atau (C2). Karena
berdasarkan Teori Perkembangan
Kognitif Piaget, bahwa peserta didik dikategorikan pada
periode operasional formal.
Tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Jadi setelah
proses belajar dilakukan maka peserta didik dapat menjelaskan kembali materi
yang diterangkan oleh pendidik.
3. Siswa mampu menyebutkan contoh
gelombang transversal
Alasan: Untuk tujuan pembelajaran
kognitif, menggunakan kategori kognitif pengetahuan atau (C1) karena
berdasarkan ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu
berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir
"kemungkinan". Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-dedutive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan
kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa.
Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat :
1. Bekerja secara efektif dan
sistematis
2. Menganalisis secara kombinasi.
Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, C1 dan C2
menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
3. Berpikir secara proporsional, yakni
menentukan macam-macam proporsional tentang C1 dan C2 misalnya.
Dan berdasarkan Teori
Dasar Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar
pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan
benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk
menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.
Contoh dari teori tersebut yaitu peserta didik dapat menyebutkan contoh dari
materi yang disampaikan. Jadi setelah kegiatan belajar mengajar diharapkan
peserta didik dapat menyebutkan contoh dari materi yang telah disampaikan
(Budiningsih, Asri: 2004).
4. Siswa
mampu mendiskusikan tentang gelombang dan getaran
Alasan: Affective
Domain (ranah efektif). Berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi seperti minat,
sikap, apresiasi dan cara penyesuaian diri. Kelakuan seseorang yang baik
atau buruk. Usia remaja memiliki karakteristik emosional diantaranya yaitu
Seorang remaja cenderung tidak toleran dan membenarkan pendapatnya
sendiri, mungkin karena kurangnya rasa percaya diri. Mereka
mempunyai pendapat bahwa ada jawaban-jawaban absolute dan bahwa mereka
mengetahuinya (Rasak, Daruma: 2009). Dari karakteristik tersebut siswa mampu
mendiskusikan materi tersebut.
5. Siswa
mampu menciptakan inovasi baru berupa alat peraga dari barang bekas
Alasan: Tujuan ini berlandaskan
Teori Eksistensial (Teori Kreativitas). Berdasarkan
teori tersebut dapat diketahui bahwa kreativitas yaitu proses melahirkan
sesuatu yang baru dari hasil perjumpaan baik manusia dengan manusia maupun
manusia dengan alam. Dengan berinovasi menciptakan alat berbahan dasar barang
bekas diharapkan peserta didik dapat berimajinasi atau berkreativitas sesuai
kemampuan.
D. Metode
1. Diskusi
Alasan: menurut Suprijono (2011:40), pembelajaran konstruktivisme
merupakan belajar artikulasi. Belajar artikulasi merupakan proses
mengartikulasikan ide, pikiran, dan solusi. Implikasi konstruktivisme dalam
pembelajaran salah satunya yaitu Elicitasi, merupakan fase membantu peserta
didikmeggali ide-ide yang dimilikinya dengan member kesempatan kepada peserta
didik untuk mendiskusikan atau menggambarkan pengetahuan dasar atau ide mereka.
Berdasarkan Journal Chadijah & Diah (2011) bahwa salah satu aplikasi dari Teori Perkembangan Konsep diri dan Emosi
bahwa bimbingan kelompok metode diskusi dapat mengembangkan konsep diri pada
siswa.
2. Penemuan ( membuat jembatan keledai
atau singkatan)
Alasan: implikasi pembelajaran konstruktivisme menurut
surpijono (2011:40) yaitu aplikasi ide, dalam pengaplikasian ide ini saya
menggunakan Teori Menemonic ( salah satu
Teori Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh) sebagai dasar metode penemuan pada rpp
ini. Salah satu ragam teori ini yaitu singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf
awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Selain sebagai salah satu cara
mengatasi lupa dan jenuh, metode ini dapat digunakan sebagai dasar peningkatkan
kreativitas anak didik.
3. Bercerita
Alasan: bercerita
merupakan salah satu bentuk kegiatan secara lisan yang dapat mengubah etika
anak dengan cara menyenangkan, yang sering dilakukan guru dan orang tua dalam
mendidik. Isu-isu cerita berlandaskan pada konsep Sigmud (Gerald Corey, 1989)
melalui teori
psikoanalisnya (Teori pengembangan nilai, moral dan sikap) yaitu superego. Superego adalah kode moral
individu yang tugas utamanya adalah mempertimbangkan apakah suatu tindakan baik
atau buruk, benar atau salah. Jika nilai, moral dan sikap sudah menyatu dalam
superego sehingga akan terwujudnya prilaku yang bermoral.
E. Evaluasi
Dalam pengevaluasian kegiatan
belajar atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek
psikologis siswa,seperti yang ada dalam Teori
Intelegensi (kecerdasan), meliputi
8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistik, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan
visual spasial, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan
musikal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan intrapersonal,
dan kecerdasan
naturalis.
Penilaian
dapatdilakukan dengan melihat kecerdasan bahasa, logika, ketuhanan, keaktifan.
Sumber:
Cahyo, Agus N. 2013. Panduan
Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar. Yogyakarta: Diva Press
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktik Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative
Learning Teori dan Aplkasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosda
Trianto. 2007. Model
Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
group1009.wikispaces.comen.wikipedia.org